Aktivitas

Temukan kegiatan yang menarik dan inspiratif, mulai dari kelas pendidikan mendalam hingga lokakarya kreatif yang dirancang untuk pemberdayaan remaja.

Girls Just Wanna Have Safe Fun: Nikmatin Dunia Digital Tanpa Terjebak Modus

Gambar header berwarna pink cerah dengan teks utama 'Girls Just Wanna Have safe Fun' dan sub-teks 'Nikmatin dunia digital tanpa jebak modus'. Gambar ini juga menampilkan seorang wanita muda yang tersenyum sambil menggunakan laptop.

Hampir semua aktivitas hari ini berawal dari layar, dan kini dunia digital menjadi ruang penting untuk berkarya, berjejaring, dan berkembang. Internet menghadirkan peluang tanpa batas yang menjadi tempat untuk berkembang, berekspresi, dan terhubung dengan dunia yang lebih luas. Namun, di balik semua kemudahan itu, terdapat ruang di mana kepercayaan bisa dengan mudah dipermainkan. Pengguna sering kali mempercayai informasi, akun, dan tawaran yang tampak meyakinkan. Di titik inilah muncul risiko baru, ketika kepercayaan itu dimanfaatkan untuk mengambil data pribadi, menyebarkan informasi palsu, atau mengarahkan pada transaksi yang merugikan.

Safe Fun: Tetap Nyaman di Dunia Digital

Dunia digital seharusnya menjadi ruang yang aman sekaligus menyenangkan. Tempat untuk tumbuh, berkarya, dan terhubung tanpa harus kehilangan kendali atas diri sendiri. Dengan kesadaran dan kebiasaan sederhana untuk lebih peka terhadap apa yang kita bagikan dan percayai, kita bisa menikmati teknologi dengan rasa percaya dan aman. Safe fun berarti menikmati dunia digital dengan bijak dan tetap berpegang pada kendali, karena keamanan digital bukan sekadar perlindungan, tetapi juga cara kita menghargai diri sendiri. Ketika rasa aman tumbuh dari diri sendiri, ruang digital pun menjadi lebih ramah dan menyenangkan bagi semua.

Di Balik Angka: Potret Penipuan Digital di Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2025 mencatat bahwa sebagian besar korban penipuan daring di Indonesia adalah perempuan, terutama dalam berbagai kasus termakan tawaran yang meniru institusi resmi. Laporan CNBC Indonesia (2023) yang mengutip data Kementerian Komunikasi dan Informatika juga mencatat lebih dari 11.000 isu hoaks beredar sejak 2018 hingga awal 2023, dengan kategori penipuan digital menempati posisi ketiga terbanyak. Bentuknya bisa sangat beragam, mulai dari phishing lewat tautan palsu, situs beasiswa fiktif, giveaway palsu di media sosial, hingga rekrutmen kerja abal-abal yang meminta data pribadi atau biaya administrasi. Semua ini bekerja dengan cara yang sama yaitu menciptakan rasa percaya lewat tampilan profesional dan narasi yang tampak meyakinkan.

Beberapa studi menunjukkan bahwa perempuan lebih sering menjadi target karena aktivitas dan peran mereka di ruang digital semakin luas. Penelitian dalam REALITA Journal (Ramailis, 2021) menyebut bahwa tingginya keterlibatan perempuan di media sosial dan ekonomi digital membuat mereka lebih terekspos pada interaksi daring yang rawan disalahgunakan. Sementara itu, sebuah studi tentang literasi digital di Indonesia (Ardoni, 2022) menemukan bahwa banyak pengguna masih kesulitan mengenali tanda-tanda manipulasi di dunia maya, terutama karena aspek keamanan digital belum menjadi perhatian utama dalam aktivitas online sehari-hari. Kombinasi antara keaktifan, rasa percaya, dan kurangnya perlindungan digital inilah yang sering dimanfaatkan pelaku untuk melancarkan berbagai bentuk penipuan di dunia maya.

Saat Kepercayaan Menjadi Mata Uang di Dunia Digital

Setiap interaksi di internet berawal dari kepercayaan. Saat seseorang bertransaksi, mendaftar akun, atau berkomunikasi lewat media sosial, ia mempercayakan sebagian identitasnya pada sistem digital. Dalam konteks inilah ekosistem digital berkembang sebagai ruang yang menghubungkan berbagai aspek kehidupan manusia. Tidak hanya untuk bertransaksi, tetapi juga untuk belajar, bekerja, dan berjejaring. Sebuah studi tentang perkembangan digital di Indonesia mencatat bahwa transformasi digital telah membentuk ekosistem perekonomian yang berlandaskan teknologi dan mencakup beragam aktivitas daring. Seluruh dinamika ini berjalan di atas fondasi kepercayaan antar pengguna dan sistem, serta didukung oleh peningkatan literasi dan keterampilan digital yang membuat masyarakat semakin aktif di ruang daring. Tanpa kepercayaan, koneksi dan interaksi digital tidak akan pernah terjadi.

Pesatnya perkembangan ekosistem digital di Indonesia telah memperluas ruang interaksi daring dan membuka banyak peluang baru. Namun, di balik kemudahan dan konektivitas itu, kepercayaan yang menjadi fondasi utama ekosistem digital juga dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Banyak pelaku kejahatan siber membangun citra profesional dengan meniru institusi resmi atau merek ternama agar tampak sah di mata pengguna. Celah inilah yang mereka gunakan untuk menanamkan kepercayaan palsu dan mengambil keuntungan dari pengguna yang kurang waspada.

Kasus seperti ini sudah sering kali terjadi. Salah satu contohnya adalah tawaran kerja palsu yang diungkap aparat sebagai bagian dari sindikat internasional dan menjerat ratusan korban di Indonesia. Ada pula modus beasiswa fiktif yang menggunakan nama institusi ternama dan meminta biaya pendaftaran atau data pribadi calon peserta. Fenomena serupa juga muncul lewat akun media sosial yang mengadakan giveaway palsu dengan berbagai macam hadiah untuk menarik interaksi pengguna. Semua tampak meyakinkan di permukaan, padahal dibangun untuk memanfaatkan rasa percaya dan keinginan pengguna akan peluang baru di dunia digital.

Tumbuhkan Kesadaran dengan Literasi dan Self-Defense Digital

Di dunia yang serba terhubung, literasi digital bukan lagi sekadar kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga tentang memahami bagaimana melindungi diri di dalamnya. Modus scam yang mengatasnamakan lowongan kerja, beasiswa, atau giveaway sering kali memanfaatkan rasa percaya dan keinginan pengguna untuk berkembang.

Oleh karena itu, agar tetap aman tanpa kehilangan rasa percaya, berikut beberapa langkah yang bisa Sobat lakukan untuk lebih waspada terhadap berbagai tawaran di ruang digital:
  1. Cek sumber dan alamat resmi.
    Pastikan situs, email, atau akun media sosial yang menghubungi kamu berasal dari lembaga resmi. Perhatikan domain website (seperti .ac.id, .org, atau .go.id), dan hindari tautan yang memakai domain mencurigakan atau tambahan angka di belakang nama.
  2. Perhatikan gaya bahasa dan tampilan.
    Banyak modus scam tampak meyakinkan karena dikemas dengan rapi dan profesional. Namun, jika diperhatikan lebih saksama, biasanya terdapat tanda-tanda kecil yang terasa janggal. Misalnya, ejaan yang salah, gaya bahasa yang terlalu kaku, atau cara berinteraksi yang tidak natural. Bahkan, logo atau tampilan visual yang terlihat tidak konsisten juga bisa menjadi sinyal bahwa tawaran tersebut patut dicurigai.
  3. Jangan bagikan data pribadi sembarangan.
    Informasi seperti KTP, nomor rekening, ijazah, atau dokumen lamaran sebaiknya hanya dibagikan ke platform yang benar-benar terverifikasi. Jika sebuah “program” meminta biaya pendaftaran atau akses ke data sensitif sejak awal, sebaiknya jeda dulu prosesnya dan lakukan pengecekan lebih lanjut.
  4. Luangkan waktu sejenak untuk mencari tahu lebih jauh di internet.
    Coba cari tahu apakah nama program, lembaga, atau akun yang menawarkan sesuatu itu pernah dibahas oleh pengguna lain. Sering kali, jejak percakapan di media sosial, forum, atau berita bisa membantu kita menilai apakah sesuatu benar-benar kredibel.
  5. Kenali pola pikir yang sering dimanfaatkan scammer.
    Pelaku biasanya membuat korban merasa terburu-buru, takut kehilangan kesempatan, atau terlalu percaya pada tampilan profesional. Tetap tinjau ulang setiap pesan atau tawaran sebelum bereaksi. Langkah sederhana ini sering membantu kita melihat pola manipulasi yang mungkin luput dari perhatian.

Self-defense digital bukan berarti menutup diri dari peluang, tapi membangun refleks untuk berpikir kritis dalam memverifikasi setiap informasi. Dengan begitu, kita bisa tetap menikmati dunia digital dengan aman, sadar, dan penuh percaya diri.

Share pandangan atau pengalaman Sobat tentang cara menciptakan ruang digital yang lebih aman di kolom komentar, karena setiap cerita dapat menginspirasi langkah menuju dunia digital yang lebih cerdas dan suportif.

Refrensi

Alkhalil, Z., Hewage, C., Nawaf, L., & Khan, I. (2021). Phishing attacks: A recent comprehensive study and a new anatomy. Frontiers in Computer Science, 3, 563060. https://doi.org/10.3389/fcomp.2021.563060

Al-Zayn Journal. (n.d.). [Artikel terkait di jurnal Al-Zayn]. Al-Zayn Journal. https://ejournal.yayasanpendidikandzurriyatulquran.id/index.php/AlZayn/article/view/1622

ANTARA News / Otoritas Jasa Keuangan. (2025, 21 Oktober). OJK urges scam victims to report within 10 minutes to recover funds. https://en.antaranews.com/news/387181/ojk-urges-scam-victims-to-report-within-10-minutes-to-recover-funds

Budiman, D., Iswati, S., & Sitompul, M. K. (2025). Perkembangan ekosistem ekonomi digital di Indonesia: Sebuah kajian literatur. JUMINTAL: Jurnal Manajemen Informatika dan Bisnis Digital, 4(1), 115–126. https://doi.org/10.55123/jumintal.v4i1.5130

BIP Journal. (n.d.). [Artikel terkait]. BIP Journal, 18(2). https://doi.org/10.22146/bip.v18i2.5866

CNBC Indonesia / Purwanti, T. (2023, 25 Agustus). Isu hoaks capai 11.357, perempuan paling banyak kena tipu. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20230825200329-37-466266/isu-hoaks-capai-11357-perempuan-paling-banyak-kena-tipu

Selectheadhunter.com. (2024, September). Job scam syndicate bust. https://www.selectheadhunter.com/blog/2024/09/job-scam-syndicate-bust?source=google.com

Setneg.go.id. (n.d.). Ekonomi digital: The new face of Indonesia’s economy. https://www.setneg.go.id/baca/index/ekonomi_digital_the_new_face_of_indonesias_economy

Sisilain Realita Journal. (2020). [Artikel terkait]. Sisilain Realita. https://doi.org/10.25299/sisilainrealita.2020.6381

Aktivitas Lainnya