Aktivitas

Temukan kegiatan yang menarik dan inspiratif, mulai dari kelas pendidikan mendalam hingga lokakarya kreatif yang dirancang untuk pemberdayaan remaja.

Rahim Bumi, Suara Perempuan: Kisah Oma Bekti dari Labuan Bajo

Oma Bekti dari Labuan Bajo

Di balik gemerlap wisata Labuan Bajo yang kian populer sebagai salah satu destinasi terbaik dunia, ada cerita lain yang jarang tersorot. Cerita ini bukan tentang laut biru atau pulau eksotis, melainkan tentang seorang perempuan yang dengan langkah kecilnya menjaga bumi tetap bernapas. Ia adalah Margaretha Subekti, akrab disapa Oma Bekti, sosok sederhana yang percaya bahwa perubahan besar selalu dimulai dari tindakan kecil dalam kehidupan sehari-hari.

Saat tim Girls4Change berkunjung, Oma Bekti menyambut kami hangat di sebuah ruang yang penuh cerita yang diberi nama Rumah Pekerti. Berdiri sejak 2012, Rumah Pekerti lahir dari kepedulian terhadap perempuan yang mengalami kekerasan dan teman-teman disabilitas. “Awalnya hanya beberapa teman yang peduli, lalu berkembang jadi ruang bersama,” kenang Oma. Dari titik kecil itu, lahirlah sebuah gerakan yang menghubungkan isu perempuan dan lingkungan.

Perempuan, Ekonomi, dan Peran yang Lebih Setara

Melalui percakapan yang dilakukan kemarin, Oma Bekti menekankan satu hal penting yang ia pelajari selama mendampingi perempuan yakni kemandirian ekonomi. “Teman-teman perempuan harus punya posisi tawar yang baik, baik di keluarga maupun di masyarakat. Itu bisa dicapai kalau mereka mandiri secara ekonomi,” ujarnya.

Di Rumah Pekerti, perempuan didorong untuk berani memulai usaha, sekecil apa pun. Beberapa di antaranya mengolah hasil kebun sederhana menjadi produk bernilai jual, mulai dari keripik hingga olahan rumahan lain dari hasil tanam sendiri. Bagi Oma, usaha kecil ini bukan hanya soal penghasilan tambahan, melainkan juga cara membangun rasa percaya diri perempuan.

Rahim Perempuan, Rahim Bumi

Obrolan kami semakin dalam ketika Oma Bekti menjelaskan filosofi yang ia pegang. “Perempuan punya rahim, bumi juga punya rahim. Saat rahim itu baik dan dijaga, ia akan melahirkan benih yang baik,” tuturnya. Baginya, mendidik perempuan sama artinya dengan mendidik generasi, dan menjaga bumi sama artinya dengan memastikan kehidupan berlanjut.

Prinsip itu diwujudkan lewat langkah kecil sehari-hari. Misalnya dengan tidak membuang makanan, makan secukupnya, dan menanam sayuran di pekarangan. “Kita bisa menanam yang kita makan, dan memakan apa yang kita tanam. Itu hal kecil yang bisa kita lakukan tanpa harus menunggu bantuan orang lain,” kata Oma. Dari sinilah lahir Gerakan Keluarga Jaga Bumi, sebuah ajakan agar setiap keluarga ikut menjaga ketahanan pangan.

Perjuangan Menyapa Data

Apa yang dilakukan Oma Bekti bukan hal sepele. Menurut FAO dalam laporan The role of women in agriculture, sekitar 43% tenaga kerja pertanian di dunia adalah perempuan. Berdasarkan data Sensus Pertanian 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) di Indonesia mencapai sekitar 25,12 juta rumah tangga. Dari jumlah tersebut, sebagian besar tergolong petani skala kecil. Artinya, langkah sederhana seperti menanam sayur di pekarangan atau mengurangi sampah makanan jika dilakukan banyak keluarga bisa berdampak nyata pada ketahanan pangan.

Di sisi lain, menurut CATAHU 2023 Komnas Perempuan, jumlah pengaduan kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia tercatat mencapai 289.111 kasus. Angka ini memang sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya, namun tetap menunjukkan bahwa kekerasan berbasis gender masih menjadi masalah serius. Inilah mengapa inisiatif lokal seperti Rumah Pekerti menjadi hal yang penting. Ia tidak hanya mendorong kemandirian ekonomi perempuan untuk memperkuat keluarga dan ketahanan pangan, tetapi juga membuka jalan bagi pemulihan, perlindungan, serta keberanian perempuan untuk keluar dari situasi kekerasan.

Filosofi Hidup Sederhana ala Oma Bekti

Ketika diminta menggambarkan hubungannya dengan alam dalam satu kata, Oma Bekti tersenyum lalu berkata: “Pohon pisang.” Ia menjelaskan, pohon pisang bermanfaat dari akar hingga daun, bahkan jantungnya bisa dibagi untuk orang lain. “Itulah harapan saya, Rumah Pekerti bisa seperti pohon pisang: sederhana, tapi bermanfaat untuk banyak orang.”

Kisah Oma Bekti di Labuan Bajo membuktikan bahwa perubahan besar bisa berawal dari sebuah langkah kecil, seperti mengurangi sampah makanan, menanam sayuran di rumah, saling menguatkan antar perempuan. Dari ruang kecil bernama Rumah Pekerti, ia menunjukkan bahwa mendampingi perempuan, menguatkan ekonomi keluarga, dan merawat bumi bisa berjalan beriringan.

Kini giliran kita. Seperti pohon pisang yang memberi manfaat dari akar hingga daun, langkah kecil kita pun bisa berarti besar bagi sekitar. Apa langkah kecil yang sudah Sobat lakukan untuk menjaga bumi dan mendukung perempuan di sekitarmu? Bagikan ceritamu di kolom komentar dan mungkin ceritamu bisa jadi awal perubahan untuk orang lain.

REFRENSI

Badan Pusat Statistik (BPS). Sensus Pertanian 2023. Diakses dari https://sensus.bps.go.id/main/index/st2023

Food and Agriculture Organization (FAO). The Role of Women in Agriculture. Diakses dari https://www.fao.org/family-farming/detail/en/c/273446/

Komnas Perempuan. CATAHU 2023: Peluang Penguatan Sistem Penyikapan di Tengah Peningkatan Kompleksitas Kekerasan terhadap Perempuan. Diakses dari https://komnasperempuan.go.id/catatan-tahunan-detail/catahu-2023-peluang-penguatan-sistem-penyikapan-di-tengah-peningkatan-kompleksitas-kekerasan-terhadap-perempuan

Aktivitas Lainnya